BUDIDAYA
TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L )
LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI (PUM)
Oleh
:
PASKAH D. LOMI
Nim : 142383033
PROGRAM
STUDI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
JURUSAN TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
KUPANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan Proyek Usaha Mandiri
dengan baik, tanpa gangguan dan hambatan yang berarti. Dalam proses penyusunan laporan
Proyek Usaha Mandiri ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Mikha S.
Ratu Rihi, SP.M.Si selaku Ketua Jurusan Tanaman Pangan dan Hortikultura dan
Marsema M. Kaka Mone, SP., selaku Ketua Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura,
2. Ir.
Aloysius Ng. Lende, M.Si selaku dosen pembimbing
dalam penulisan laporan PUM.
3. Bapak
dan Mama tercinta yang telah mendukung pendidikan penulis
4. Adik-
adik yang memotivasi serta mengharapkan keberhasilan penulis
5. Dessy Yuniati Doro yang selalu memberikan dukungan dan
semangat serta doanya bagi penulis
6. Teman-
teman seperjuangan yang telah memberikan sumbangan pikiran dan membantu
penulis.
Penulis menyadari bahwa
laporan Proyek Usaha Mandiri ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca terutama yang
berminat untuk melakukan budidaya Tanaman mentimun
Kupang, Februari 2017
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman mentimun (cucumis sativus L) termasuk dalam tanaman merambat yang merupakan salah satu jenis tanaman sayuran
dari keluarga cucurbitaceae. Pembudidayaan mentimun meluas ke seluruh dunia,
baik daerah yang beriklim panas (tropis) maupun sedang (subtropis). Di
Indonesia tanaman mentimun banyak di budidayakan di dataran rendah (Wijoyo,
2012).
Nilai gizi mentimun cukup baik karena
sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin. Buah mentimun mengandung
zat-zat saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1
dan C. Mentimun mentah bermanfaat untuk menurunkan panas badan, dan juga
meningkatkan stamina. Kandungan 100 gram mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8
gram protein, 0,19 gram pati, 3 gram karbohidrat, 30 miligram fosfor, 0,5
miligram besi, 0,02 gram tianin, 0,05 gram riboflavin, 14 miligram asam
(Sumpena, 2001).
Prospek budidaya mentimun mentimun (Cucumis sativus L) di Indonesia sangat
baik karena mentimun banyak di gemari oleh masyarakat. Permintaan terhadap
komoditas ini dalam jumlah besar dan berkesinambungan. Kebutuhan buah mentimun
ini akan terus meningkat sejalan dengan kenaikkan jumlah penduduk, kenaikkan taraf
hidup masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat dan semakin tingginya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi (Wijoyo, 2012).
Peningkatan
jumlah penduduk di Indonesia maupun dunia berdampak pada peningkatan jumlah
permintaan sayuran. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi mentimun
adalah melalui teknik budidaya yang baik.
Mentimun merupakan salah satu jenis sayuran
buah yang sangat potensial dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
yang semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang. Dengan melihat potensi pada
buah mentimun, maka pengembangan mentimun memiliki peluang bisnis yang sangat
cerah. Kuatnya pasaran juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan
perusahaan industri pengolahan mentimun menjadi berbagai bentuk produk olahan,
misalnya acar, asinan, jus, dan lain-lain (Hariswono, 2011).
Produksi mentimun di Indonesia masih
rendah padahal potensinya cukup tinggi. Kebanyakan para petani mentimun masih
menganggap bertanam usaha tani mentimun adalah usaha sampingan, sehingga
penanganannya pun masih belum optimal.
1.2.Tujuan
Tujuan
pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini adalah :
1. Agar mahasiswa mengetahui cara budidaya tanaman
mentimun secara baik dan benar.
2. Mahasiswa dapat melakukan analisis usaha tani mentimun
1.3. Kegunaan
Sebagai
bahan bacaan dan sumber pengetahuan tentang teknik budidaya mentimun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Mentimun
Kedudukan tanaman mentimun dalam tata nama tumbuhan, yang dikutip
sumpena, 2001 diklasifikasikan ke dalam :
Divisi
: Spermatohyta
Sub-Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Cucurbitales
Famili
: Cucurbitaceaea
Genus
: Cucumis
Spesies
: Cucumis sativus L.
Keturunan
: Vanesa
Keluarga
(famili) Cucurbitaceaea ini sekurang-kurangnya ada 96
generatif dan 750 spesies tanaman labu-labuan yang tumbuh di dunia, terutama di
daerah (panas) tropis. Meskipun demikian hanya beberapa jenis atau spesies saja
yang ditanam di Indonesia, di antaranya, Baligo atau Kundur (Benincasa hispida Thumb.
Cogn), Semangka (Citrullusvulgaris Schard), Waluh (Cucurbita
moschata Dutch. ex. Poir), Oyong atau Kimput (Luffa acutalangula L.
Roxb), paria atau pare (Momordica charantia L.), Labu siam (Sechium
edule Sw.), dan Melon (cucumis melo L).
Variasi
bentuk dan warna buah mentimun disebabkan oleh varietas mentimun yang berbeda.
Varietas buah mentimun terus bertambah seiring dengan kemajuan teknologi dan
kebutuhan akan benih mentimun yang disesuaikan dengan kondisi geografis suatu
tempat.
Menurut
Wahyudi (2010) mentimun memiliki beberapa varietas, ada tiga contoh varietas
yaitu mayapada F-1, misano F-1, dan venus yang namanya diganti menjadi vanesa.
Mentimun
dapat dibudidayakan di sawah, ladang, kebun, dalam media polybeg dengan menggunakan lanjaran
atau para-para atau dibiarkan merambat di tanah, karena mentimun adalah tanaman
semusim yang bersifat menjalar atau merambat dengan perantara alat pemegang
seperti ajir. Cara budidaya mentimun pada dasarnya sama dengan budidaya sayuran
konvesional lainnya.
2.2.
Morfologi Tanaman Mentimun
Perakaran
mentimun memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya tembusnya
relatif dangkal, kedalaman sekitar 30 sampai 60 cm, karena itu tanaman mentimun
termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air (Rukmana, 1994).
Mentimun
termasuk tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau memanjat dengan
perantaraan pemegang yang berbentuk pilin (spiral). Batangnya basah, berbulu,
serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50 sampai 250
cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh di sisi tangkai daun.
Daun
tunggal, letaknya berseling, bertangkai panjang dan berwarna hijau, bentuk daun
bulat lebar, bersegi mirip jantung, dan bagian ujung daunnya meruncing, dan
bergerigi. Panjang 7 sampai 18 cm dan lebar 7 sampai 15 cm. Daun ini tumbuh
berselang seling keluar dari buku-buku (ruas) batang.
Tanaman
mentimun pada dasarnya berbunga sempurna (Hermaphrodite), tetapi pada
perkembangan evolusinya salah satu jenis kelaminnya mengalami degenerasi,
sehingga tinggal salah satu jenis kelaminnya yang berkembang menjadi bunga
secara normal. Para ahli tanaman menemukan empat macam bunga mentimun, yaitu
bunga jantan, betina, sempurna dan campuran. (Padmiarso M. Wijoyo. 2012).
Bunga
mentimun bersifat tidak mantap, karena sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan. Di Indonesia, letak bunga jantan dan betina terpisah, tetapi masih
dalam satu tanaman (berumah satu) atau disebut ‘monoecious’. Pada
variasi kelamin bunga monoecious, persentase bunga jantan dan bunga betina
hampir sama jumlahnya. Di daerah yang penyinaran mataharinya lebih dari 12
jam/hari, intensitas tinggi dan suhu udaranya panas cenderung memperlihatkan
lebih banyak bunga jantan (Androecium) dari pada bunga betina (Gynaecium).
Bentuk bunga
mentimun mirip terompet yang mahkota bunganya berwarna kuning. Bunga jantan
dicirikan tidak mempunyai bagian yang membengkak di bawah mahkota bunga, jumlahnya
lebih banyak, dan keluarnya beberapa hari lebih dulu dibandingkan dengan bunga
betina. Sedangkan bunga betina mempunyai bakal buah yang membengkak, terletak
di bawah mahkota bunga, dan umumnya baru muncul pada ruas ke-6 setelah bunga
jantan. Bunga betina mampu berkembang menjadi buah.
Bentuk dan
ukuran buah bermacam-macam, tetapi umumnya bulat panjang atau bulat pendek.
Kulit buah ada yang berbintil, ada pula yang halus. Warna kulit buah antara
hijau keputih-putihan, hijau muda, dan hijau gelap.
Daging buah
ketimun mengandung banyak air dan berwarna putih. Di dalam buah terdapat banyak
biji, biji mentimun berjumlah banyak dengan bentuk lonjong meruncing (pipih),
kulitnya berwarna putih. Biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan
tanaman.
2.3.
Syarat Tumbuh
Tanaman
mentimun dapat dibudidayakan dimana-mana, baik diladang, dihalaman rumah dan di
green house. Tanaman ini tidak tahan
terhadap hujan yang terus menerus. Pertumbuhannya memerlukan kelembaban udara
yang tinggi, tanah subur dan gembur, serta cahaya matahari penuh dengan
drainase yang baik. Mentimun sebaiknya dirambatkan kepara para, dan tumbuh
dengan baik didataran rendah hingga 1300 m diatas permukaan laut.
a. Iklim
Daya adaptasi tanaman mentimun terhadap berbagai iklim
(lingkungan tumbuhnya) cukup tinggi dan tidak membutuhkan perawatan yang
khusus. Mentimun dapat di tanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi
berkisar 0 - 1.000 meter di atas permukaan laut (m dpl), namun untuk
pertumbuhan optimum tanaman mentimun membutuhkan iklim kering, sinar matahari
cukup (tempat terbuka), dan temperatur berkisar 21,1 sampai
26,7o C.
b. Tanah
Tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur, gembur,
banyak mengandung humus, tidak menggenang (becek) dan pH berkisar 6 sampai 7. Tekstur
tanah lempung dengan drainase yang baik.
2.4.
Tahapan
Budidaya Mentimun
a. Persiapan
lahan
Tanah di
bajak atau di cangkul kemudian dilanjut pembuatan bedengan dengan tinggi 20 cm
– 30 cm, lebar 60 cm, dan jarak antar guludan 40 cm, untuk panjang bedengan
disesuaikan dengan panjang lahan. biarkan tanah mengering dalam satu minggu.
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran antara guludan, sekaligus diberikan
pupuk dasar organic berupa pupuk kandang.
b. Penanaman
Pembuatan lubang tanaman
dua baris dalam satu guludan dengan jarak tanam 60 cm × 40 cm. Pembuatan lubang
dengan cara ditugal sedalam 1 cm. Pada
setiap lubang ditanam 2 benih mentimun. Benih ditutup dengan tanah yang sudah tercampur dengan
pupuk kandang
c. Pemeliharaan
tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi
:
1. Penjarangan dan penyulaman
Selama 2 (dua) minggu
setelah ditanam, mentimun diamati secara terus menerus, terutama bibit yang
mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit
yang mati harus segera disulam. Cara
menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit
yang baru. Penyulaman
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak
terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Biji mentimun untuk
penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
2. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 3 kali dengan dosis 10 gram per
tanaman atau satu sendok teh pada umur 12 hst. Sedangkan pemupukan kedua dan
ketiga dosisnya 20 gram per tanaman atau 1 sendok makan, di aplikasikan pada
umur 25 hst dan 45 hst. Pupuk diletakan pada jarak 10 – 20 cm dari tanaman.
3. Pengairan
Pengairan
dilakukan secara rutin agar kelembaban tanah tetap terjaga. Jika terjadi hujan,
maka drainase harus di perhatikan agar tetap terbuka sehingga air tidak
menggenangi areal tanaman.
4. Pemasangan lanjaran atau pengajiran
Pengajiran
dapat dilakukan 2 minggu setelah tanam. Pengajiran bertujuan agar tanaman
tumbuh tegak ke atas agar mengalami penyinaran secara optimal. Selain itu ajir
juga berfungsi merambatkan daun, memudahkan pemeliharaan dan tempat menopang
buah. Tinggi ajir kurang lebih 2 meter.
5. Penyiangan
Penyiangan
dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan gulma yang tumbuh disekitar
tanaman.
6. Panen
dan pasca panen
Mentimun Misano
F1 dapat dipanen 30 – 40 hst. Saat panen yang baik adalah pagi hari antara
pukul 06.00 – 10.00 dan sore hari antara pukul 15.00 – 17.00. agar kualitas
hasil panen dari budidaya mentimun ini tetap terjaga perlu dilakukan penanganan
pasca panen dengan baik. Penanganan pasca panen yang dapat dilakukan meliputi penyortiran
berdasarkan ukuran buah dan pengepakan atau pengemasan dengan baik kemudian
mentimun siap diangkut untuk di pasarkan. Tujuan dari penanganan pasca panen
ini adalah untuk melindungi mentimun dari kerusakan fisik yang dapat menyebabkan
kebusukan pada buah, sehingga mentimun dapat sampai ke konsumen dengan kondisi
yang tetap baik.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. Tempat
dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM)
telah dilaksanakan dilahan pekarangan, di Desa Mata Air, Kecamatan Kupang
Tengah, selama 3 bulan sejak November 2016 sampai Januari 2017.
3.2. Alat dan Bahan Yang Digunakan
Alat yang digunakan adalah
pacul, sekop, embaer, dan sprayer. Sedangkan bahan yaitu: polybag, sekam bakar,
benih mentimun (misano F1), pupuk kandang, pupuk kimia (urea, sp36, dan kcl)
dan air serta ajir.
3.3. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan yang dilakukan dalam
kegiatan budidaya tanaman mentimun adalah:
1. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang akan
digunakan dalam kegiatan budidaya mentimun harus
dipersiapkan terlebih dahulu, agar dalam pelaksanaannya tidak ada kendala
kekurangan alat atau bahan.
2. Persiapan media tanam.
Pengisian polybag
dengan bahan yaitu : sekam bakar di campur dengan pupuk kandang dan tanah.
3. Penanaman
Penanaman
dilakukan pada minggu kedua bulan November 2016. Jumlah benih yang ditanam per
lubang tanam adalah 2 benih.
4. Penyulaman
Penyulaman
dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Tanaman yang tidak
tumbuh ataupun yang tumbuh abnormal di ganti dengan benih yang baru.
5. Pemupukan
Pemupukan
dilakukan tiga kali dengan dosis 10 gram per lubang tanam untuk aplikasi
pertama pada saat tanaman berumur 12 hst , sedangkan pada pemupukan kedua dan
ketiga dilakukan dengan dosis 20 gram per lubang tanam pada saat tanaman
berumur 25 hst dan 45 hst.
6. Pengairan
Pengairan
rutin harus selalu diberikan untuk menjaga kelembaban tanah. Dan yang paling
penting setiap selesai pemupukan harus melakukan pengairan.
7. Pemasangan lanjaran atau pengajiran
Pengajiran
dilakukan dua minggu setelah tanam. Tujuan pemasangan ajir agar tanaman tumbuh
tegak ke atas sehingga memperoleh sinar matahari secara optimal, memudahkan
perawatan, merambatkan tanaman, dan tempat menopang buah.
8. Penyiangan
Penyiangan
dilakukan untuk menghilangkan gulma, sehingga tidak ada yang berkompetisi
dengan tanaman dalam memperoleh unsur hara.
9. Panen dan pasca panen
Buah mentimun
dapat dipanen pada saat tanaman berumur 38 – 40 hari setelah tanam. Setelah
melakukan pemanenan harus diikuti dengan kegiatan pasca panen. Tujuan kegiatan
pasca agar kualitas buah mentimun tetap terjaga hingga sampai ke konsumen.
Kegiatan pasca panen yang dilakukan diantaranya penyortiran buah berdasarkan
ukuran, dan pengemasan menggunakan kantung plastik.
3.4. Jadwal Pelaksanaan Proyek Usaha
Mandiri
Jadwal
pelaksanaan proyek usaha dibuat agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan tahapan
dalam kegiatan budidaya tanaman mentimun.
Tabel 3.4. Jadwal Kegiatan
BAB IV
ANALISIS USAHA TANI MENTIMUN
4.1.
Jenis-Jenis Biaya Usahatani Mentimun
4.1.1.
Biaya Tetap
Biaya
tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh hasil produksi.
Komponen biaya tetap dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1.1. Biaya Tetap Usahatani Mentimun
4.1.2. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh hasil produksi. Komponen biaya variabel dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.1.2. Biaya
Variabel Usahatani Mentimun
Total biaya = total biaya
tetap + total biaya variabel
= Rp 160.000 + Rp 69.000
=
Rp 229.000
4.2. Analisis Keuntungan
Keuntungan adalah selisih antara penjualan
dengan jumlah biaya yang dikeluarkan (Raharjo 1996). Berdasarkan uraian di atas,
maka keuntungan yang diperoleh, setelah kegiatan proyek usaha mandiri adalah
sebagai berikut:
a. Total
biaya = total biaya tetap +
total biaya variabel
= Rp 160.000 + Rp 69.000
= Rp 229.000
b. Total penerimaan =
jumlah produksi × harga jual/unit
= 56 kg × Rp 7000
= Rp 392.000
c. Keuntungan =
Total penerimaan – total biaya
= Rp 392.000 – Rp 229.000
= Rp 163.000
4.3. Analisis Revenue
Cost Ratio (R/C Ratio)
Ratio antara jumlah nilai
present arus tunai masuk dengan jumlah nilai present arus tunai keluar (atau
perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan biaya yang telah dikeluarkan), dengan
indikator sebagai berikut:
Jika nilai R/C Ratio >
1 berarti usaha atau proyek tersebut menghasilkan keuntungan.
Jika
nilai R/C Ratio = 1 berarti usaha atau
proyek tersebut tidak menghasilkan
keuntungan dan tidak memberikan kerugian atau impas.
Jika nilai R/C
Ratio < 1 berarti usaha atau proyek tersebut mengalami kerugian.
R/C
Ratio =
=
= 1,71
Nilai
R/C Ratio =. 1,71 artinya setiap pengeluaran atau biaya sebesar Rp. 1,- menghasilkan penerimaan senilai Rp 1,71 atau setiap pengeluaran
sebesar Rp 229.000 akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 392.000
sehingga usaha tani budidaya tanaman mentimun ini menguntungkan dan layak
secara ekonomis diusahakan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
Kegiatan proyek usaha mandiri budidaya
tanaman mentimun dilaksanakan pada lahan
seluas 100
Tabel 5.1. Hasil Panen
5.2.Pembahasan
Berdasarkan hasil pada tabel 5.1. dapat di
katakan bahwa usaha tani mentimun ini cukup menguntungkan dan layak di usahakan
secara komersial hal ini ditandai dari hasil analisis usaha tani yang lebih
dari satu yaitu R/C Ratio 1,7. Selain itu kesuksesan usaha tani mentimun ini
tercapai karena didukung oleh teknik budidaya yang baik dan benar. Dalam
kegiatan menggunakan media polybag karena pertimbangan untuk menghindari busuk
akar pada mentimun karena kegiatan proyek usaha mandiri ini dilakukan pada saat
menjelang musim hujan.
Kegiatan budidaya mentimun pada musim hujan
banyak kendala yang terjadi, meliputi pembusukan buah, cepatnya penyebaran hama
dan penyakit, pembusukan akar, dan pertumbuhan gulma yang lebih cepat
dibandingkan budidaya tanaman mentimun pada musim panas.
BAB
IV
SIMPULAN
DAN SARAN
6.1.
Simpulan
1. Usaha
tani budidaya mentimun pada musim hujan dengan mengunakan polybag cukup menguntungkan
karena pada musim hujan harga mentimun cukup tinggi.
2. Penggunaan polybag dalam budidaya mentimun pada musim
hujan dapat menghindari busuk akar karena kelembapan media tanam dapat di kontrol.
3. Berdasarkan hasil analisis usaha tani memperoleh R/C
Rasio 1,7 membuktikan bahwa budidaya mentimun layak dibudidayakan.
6.2.
Saran
Dalam kegiatan budidaya tanaman
mentimun pada musim hujan disarankan agar menggunakan media polybag agar
kelembaban dapat terkontrol.
DAFTAR
PUSTAKA
Biro Pusat Statistik. 1991. “Produksi
Tanaman Sayuran di Indonesia”. BPS. Jakarta Indonesia.
Irianto, 2009. “Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)”Fakultas Pertanian Universitas
Jambi.
Rukmana, R.
2007. “Budidaya Mentimun”. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Wijoyo, P. M. 2012. “Budidaya
Mentimun yang Lebih Menguntungkan”. Pustaka Agro. Jakarta.
Yamaguchi, Rubatzky, Vincent,
E.1999. “Sayuran Dunia 3 Prinsip, Produksi, dan Gizi”, Bandung :
Penerbit ITB.
Yuda, A. N. S, dan Susilla, A.D
2011. “Pengaruh Jumlah Buah per Tanaman dan Pangkas Pucuk (Toping)
Terhadap Kualitas Buah Pada Budidaya Melon (Cucumis Melo L.) Dengan Sistem
Hidroponik”. Jurnal. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar