Senin, 20 Februari 2017





BUDIDAYA TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L )



LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI (PUM)


Oleh :

PASKAH D. LOMI
Nim : 142383033



PROGRAM STUDI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
JURUSAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

2017




KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang  Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan Proyek Usaha Mandiri dengan baik, tanpa gangguan dan hambatan yang berarti. Dalam proses penyusunan laporan Proyek Usaha Mandiri ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Mikha S. Ratu Rihi, SP.M.Si selaku Ketua Jurusan Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Marsema M. Kaka Mone, SP., selaku Ketua Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura,
2.      Ir. Aloysius Ng. Lende, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penulisan laporan PUM.
3.      Bapak dan Mama tercinta yang telah mendukung pendidikan penulis
4.      Adik- adik yang memotivasi serta mengharapkan keberhasilan penulis
5.      Dessy Yuniati Doro yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta doanya bagi penulis
6.      Teman- teman seperjuangan yang telah memberikan sumbangan pikiran dan membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan Proyek Usaha Mandiri ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca terutama yang berminat untuk melakukan budidaya Tanaman mentimun
Kupang, Februari 2017
Penulis



 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
   Tanaman mentimun (cucumis sativus L) termasuk dalam tanaman merambat yang  merupakan salah satu jenis tanaman sayuran dari keluarga cucurbitaceae. Pembudidayaan mentimun meluas ke seluruh dunia, baik daerah yang beriklim panas (tropis) maupun sedang (subtropis). Di Indonesia tanaman mentimun banyak di budidayakan di dataran rendah (Wijoyo, 2012).
    Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin. Buah mentimun mengandung zat-zat saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1 dan C. Mentimun mentah bermanfaat untuk menurunkan panas badan, dan juga meningkatkan stamina. Kandungan 100 gram mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 gram protein, 0,19 gram pati, 3 gram karbohidrat, 30 miligram fosfor, 0,5 miligram besi, 0,02 gram tianin, 0,05 gram riboflavin, 14 miligram asam (Sumpena, 2001).
    Prospek budidaya mentimun mentimun (Cucumis sativus L) di Indonesia sangat baik karena mentimun banyak di gemari oleh masyarakat. Permintaan terhadap komoditas ini dalam jumlah besar dan berkesinambungan. Kebutuhan buah mentimun ini akan terus meningkat sejalan dengan kenaikkan jumlah penduduk, kenaikkan taraf hidup masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat dan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi (Wijoyo, 2012).
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia maupun dunia berdampak pada peningkatan jumlah permintaan sayuran. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi mentimun adalah melalui teknik budidaya yang baik.
    Mentimun merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sangat potensial dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang. Dengan melihat potensi pada buah mentimun, maka pengembangan mentimun memiliki peluang bisnis yang sangat cerah. Kuatnya pasaran juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan perusahaan industri pengolahan mentimun menjadi berbagai bentuk produk olahan, misalnya acar, asinan, jus, dan lain-lain (Hariswono, 2011).
     Produksi mentimun di Indonesia masih rendah padahal potensinya cukup tinggi. Kebanyakan para petani mentimun masih menganggap bertanam usaha tani mentimun adalah usaha sampingan, sehingga penanganannya pun masih belum optimal.

1.2.Tujuan
Tujuan pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini adalah :
1.      Agar mahasiswa mengetahui cara budidaya tanaman mentimun secara baik dan benar.
2.      Mahasiswa dapat melakukan analisis usaha tani mentimun
1.3. Kegunaan
Sebagai bahan bacaan dan sumber pengetahuan tentang teknik budidaya mentimun








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani  Tanaman Mentimun
     Kedudukan tanaman mentimun dalam tata nama tumbuhan, yang dikutip sumpena, 2001 diklasifikasikan ke dalam :
Divisi                 : Spermatohyta
Sub-Divisi          : Angiospermae
Kelas                  : Dicotyledonae
Ordo                  : Cucurbitales
Famili                 : Cucurbitaceaea
Genus                : Cucumis
Spesies               : Cucumis sativus L.   
Keturunan          : Vanesa         
Keluarga (famili) Cucurbitaceaea ini sekurang-kurangnya ada 96 generatif dan 750 spesies tanaman labu-labuan yang tumbuh di dunia, terutama di daerah (panas) tropis. Meskipun demikian hanya beberapa jenis atau spesies saja yang ditanam di Indonesia, di antaranya, Baligo atau Kundur (Benincasa hispida Thumb. Cogn), Semangka (Citrullusvulgaris Schard), Waluh (Cucurbita moschata DutchexPoir), Oyong atau Kimput (Luffa acutalangula L.  Roxb), paria atau pare (Momordica charantia L.), Labu siam (Sechium edule Sw.), dan Melon (cucumis melo L).
Variasi bentuk dan warna buah mentimun disebabkan oleh varietas mentimun yang berbeda. Varietas buah mentimun terus bertambah seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan akan benih mentimun yang disesuaikan dengan kondisi geografis suatu tempat.
Menurut Wahyudi (2010) mentimun memiliki beberapa varietas, ada tiga contoh varietas yaitu mayapada F-1, misano F-1, dan venus yang namanya diganti menjadi vanesa.
Mentimun dapat dibudidayakan di sawah, ladang, kebun, dalam media polybeg dengan menggunakan lanjaran atau para-para atau dibiarkan merambat di tanah, karena mentimun adalah tanaman semusim yang bersifat menjalar atau merambat dengan perantara alat pemegang seperti ajir. Cara budidaya mentimun pada dasarnya sama dengan budidaya sayuran konvesional lainnya.
2.2.            Morfologi Tanaman Mentimun
Perakaran mentimun memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya tembusnya relatif dangkal, kedalaman sekitar 30 sampai 60 cm, karena itu tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air (Rukmana, 1994).
Mentimun termasuk tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin (spiral). Batangnya basah, berbulu, serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50 sampai 250 cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh di sisi tangkai daun.
Daun tunggal, letaknya berseling, bertangkai panjang dan berwarna hijau, bentuk daun bulat lebar, bersegi mirip jantung, dan bagian ujung daunnya meruncing, dan bergerigi. Panjang 7 sampai 18 cm dan lebar 7 sampai 15 cm. Daun ini tumbuh berselang seling keluar dari buku-buku (ruas) batang.
Tanaman mentimun pada dasarnya berbunga sempurna (Hermaphrodite), tetapi pada perkembangan evolusinya salah satu jenis kelaminnya mengalami degenerasi, sehingga tinggal salah satu jenis kelaminnya yang berkembang menjadi bunga secara normal. Para ahli tanaman menemukan empat macam bunga mentimun, yaitu bunga jantan, betina, sempurna dan campuran. (Padmiarso M. Wijoyo. 2012).
Bunga mentimun bersifat tidak mantap, karena sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Di Indonesia, letak bunga jantan dan betina terpisah, tetapi masih dalam satu tanaman (berumah satu) atau disebut ‘monoecious’. Pada variasi kelamin bunga monoecious, persentase bunga jantan dan bunga betina hampir sama jumlahnya. Di daerah yang penyinaran mataharinya lebih dari 12 jam/hari, intensitas tinggi dan suhu udaranya panas cenderung memperlihatkan lebih banyak bunga jantan (Androecium) dari pada bunga betina (Gynaecium).
Bentuk bunga mentimun mirip terompet yang mahkota bunganya berwarna kuning. Bunga jantan dicirikan tidak mempunyai bagian yang membengkak di bawah mahkota bunga, jumlahnya lebih banyak, dan keluarnya beberapa hari lebih dulu dibandingkan dengan bunga betina. Sedangkan bunga betina mempunyai bakal buah yang membengkak, terletak di bawah mahkota bunga, dan umumnya baru muncul pada ruas ke-6 setelah bunga jantan. Bunga betina mampu berkembang menjadi buah.
Bentuk dan ukuran buah bermacam-macam, tetapi umumnya bulat panjang atau bulat pendek. Kulit buah ada yang berbintil, ada pula yang halus. Warna kulit buah antara hijau keputih-putihan, hijau muda, dan hijau gelap.
Daging buah ketimun mengandung banyak air dan berwarna putih. Di dalam buah terdapat banyak biji, biji mentimun berjumlah banyak dengan bentuk lonjong meruncing (pipih), kulitnya berwarna putih. Biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman. 
2.3.             Syarat Tumbuh
Tanaman mentimun dapat dibudidayakan dimana-mana, baik diladang, dihalaman rumah dan di green house. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus menerus. Pertumbuhannya memerlukan kelembaban udara yang tinggi, tanah subur dan gembur, serta cahaya matahari penuh dengan drainase yang baik. Mentimun sebaiknya dirambatkan kepara para, dan tumbuh dengan baik didataran rendah hingga 1300 m diatas permukaan laut.
a.       Iklim
Daya adaptasi tanaman mentimun terhadap berbagai iklim (lingkungan tumbuhnya) cukup tinggi dan tidak membutuhkan perawatan yang khusus. Mentimun dapat di tanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi berkisar 0 - 1.000 meter di atas permukaan laut (m dpl), namun untuk pertumbuhan optimum tanaman mentimun membutuhkan iklim kering, sinar matahari cukup (tempat terbuka), dan temperatur berkisar 21,1 sampai 26,7C.
b.      Tanah
Tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, tidak menggenang (becek) dan pH berkisar 6 sampai 7. Tekstur tanah lempung dengan drainase yang baik.

2.4.             Tahapan Budidaya Mentimun
a.       Persiapan lahan
Tanah di bajak atau di cangkul kemudian dilanjut pembuatan bedengan dengan tinggi 20 cm – 30 cm, lebar 60 cm, dan jarak antar guludan 40 cm, untuk panjang bedengan disesuaikan dengan panjang lahan. biarkan tanah mengering dalam satu minggu. Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran antara guludan, sekaligus diberikan pupuk dasar organic berupa pupuk kandang.
b.      Penanaman
Pembuatan lubang tanaman dua baris dalam satu guludan dengan jarak tanam 60 cm × 40 cm. Pembuatan lubang dengan cara ditugal sedalam 1 cm. Pada setiap lubang ditanam 2 benih mentimun. Benih ditutup dengan tanah yang sudah tercampur dengan pupuk kandang
c.        Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi :
1.       Penjarangan dan penyulaman
Selama 2 (dua) minggu setelah ditanam, mentimun diamati secara terus menerus, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Biji mentimun untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
2.      Pemupukan
Pemupukan dilakukan 3 kali dengan dosis 10 gram per tanaman atau satu sendok teh pada umur 12 hst. Sedangkan pemupukan kedua dan ketiga dosisnya 20 gram per tanaman atau 1 sendok makan, di aplikasikan pada umur 25 hst dan 45 hst. Pupuk diletakan pada jarak 10 – 20 cm dari tanaman.
3.      Pengairan
Pengairan dilakukan secara rutin agar kelembaban tanah tetap terjaga. Jika terjadi hujan, maka drainase harus di perhatikan agar tetap terbuka sehingga air tidak menggenangi areal tanaman.
4.      Pemasangan lanjaran atau pengajiran
Pengajiran dapat dilakukan 2 minggu setelah tanam. Pengajiran bertujuan agar tanaman tumbuh tegak ke atas agar mengalami penyinaran secara optimal. Selain itu ajir juga berfungsi merambatkan daun, memudahkan pemeliharaan dan tempat menopang buah. Tinggi ajir kurang lebih 2 meter.
5.      Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman.
6.      Panen dan pasca panen
Mentimun Misano F1 dapat dipanen 30 – 40 hst. Saat panen yang baik adalah pagi hari antara pukul 06.00 – 10.00 dan sore hari antara pukul 15.00 – 17.00. agar kualitas hasil panen dari budidaya mentimun ini tetap terjaga perlu dilakukan penanganan pasca panen dengan baik. Penanganan pasca panen yang dapat dilakukan meliputi penyortiran berdasarkan ukuran buah dan pengepakan atau pengemasan dengan baik kemudian mentimun siap diangkut untuk di pasarkan. Tujuan dari penanganan pasca panen ini adalah untuk melindungi mentimun dari kerusakan fisik yang dapat menyebabkan kebusukan pada buah, sehingga mentimun dapat sampai ke konsumen dengan kondisi yang tetap baik.

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1.  Tempat dan Waktu Pelaksanaan
        Kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM) telah dilaksanakan dilahan pekarangan, di Desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah, selama 3 bulan sejak November 2016 sampai Januari 2017.
3.2. Alat dan Bahan Yang Digunakan
 Alat yang digunakan adalah pacul, sekop, embaer, dan sprayer. Sedangkan bahan yaitu: polybag, sekam bakar, benih mentimun (misano F1), pupuk kandang, pupuk kimia (urea, sp36, dan kcl) dan air serta ajir.
3.3. Prosedur Pelaksanaan
    Prosedur pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan budidaya tanaman mentimun adalah:
1.      Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan budidaya mentimun harus dipersiapkan terlebih dahulu, agar dalam pelaksanaannya tidak ada kendala kekurangan alat atau bahan.
2.      Persiapan media tanam.
Pengisian polybag dengan bahan yaitu : sekam bakar di campur dengan pupuk kandang dan tanah.
3.      Penanaman
Penanaman dilakukan pada minggu kedua bulan November 2016. Jumlah benih yang ditanam per lubang tanam adalah 2 benih. 
4.      Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Tanaman yang tidak tumbuh ataupun yang tumbuh abnormal di ganti dengan benih yang baru.
5.      Pemupukan
Pemupukan dilakukan tiga kali dengan dosis 10 gram per lubang tanam untuk aplikasi pertama pada saat tanaman berumur 12 hst , sedangkan pada pemupukan kedua dan ketiga dilakukan dengan dosis 20 gram per lubang tanam pada saat tanaman berumur 25 hst dan 45 hst.
6.      Pengairan
Pengairan rutin harus selalu diberikan untuk menjaga kelembaban tanah. Dan yang paling penting setiap selesai pemupukan harus melakukan pengairan.
7.      Pemasangan lanjaran atau pengajiran
Pengajiran dilakukan dua minggu setelah tanam. Tujuan pemasangan ajir agar tanaman tumbuh tegak ke atas sehingga memperoleh sinar matahari secara optimal, memudahkan perawatan, merambatkan tanaman, dan tempat menopang buah.
8.      Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma, sehingga tidak ada yang berkompetisi dengan tanaman dalam memperoleh unsur hara.
9.      Panen dan pasca panen
Buah mentimun dapat dipanen pada saat tanaman berumur 38 – 40 hari setelah tanam. Setelah melakukan pemanenan harus diikuti dengan kegiatan pasca panen. Tujuan kegiatan pasca agar kualitas buah mentimun tetap terjaga hingga sampai ke konsumen. Kegiatan pasca panen yang dilakukan diantaranya penyortiran buah berdasarkan ukuran, dan pengemasan menggunakan kantung plastik.


3.4. Jadwal Pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri
Jadwal pelaksanaan proyek usaha dibuat agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan tahapan dalam kegiatan budidaya tanaman mentimun.
Tabel 3.4. Jadwal Kegiatan
No
Uraian kegiatan
November
Desember
Januari
Minggu ke…
Minggu ke..
Minggu ke..
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Persiapan alat dan bahan












2
Pengisian media tanam












3
Penanaman












4
Penyulaman












5
Pemupukan












6
Pengairan












7
Pemasangan lanjaran atau pengajiran












8
Penyiangan












9
Panen dan pasca panen












10
Pelaporan dan ujian




















BAB IV
ANALISIS USAHA TANI MENTIMUN
4.1. Jenis-Jenis Biaya Usahatani Mentimun
4.1.1. Biaya Tetap
        Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh hasil produksi. Komponen biaya tetap dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1.1. Biaya Tetap Usahatani Mentimun
No
Uraian
Jumlah (unit)
Harga satuan (Rp)
Total harga (Rp)
1
Polybag
5 kg
30.000
150.000
2
Sewa sprayer
1 buah
10.000
10.000
Total biaya tetap
160.000

4.1.2. Biaya Variabel
         Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil produksi. Komponen biaya variabel dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1.2. Biaya Variabel Usahatani Mentimun
No
Uraian
Jumlah (unit)
Harga/satuan (Rp)
Total harga (Rp)
1
Benih mentimun
1 bungkus (800 butir)
45.000
45.000
2
NPK
1 kg
10.000
10.000
3
Gandasil B
2 bungkus
7.000
14.000
Total biaya variabel
69.000

Total biaya = total biaya tetap + total biaya variabel
=  Rp 160.000 + Rp 69.000
= Rp 229.000
4.2. Analisis Keuntungan
  Keuntungan adalah selisih antara penjualan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan (Raharjo 1996). Berdasarkan uraian di atas, maka keuntungan yang diperoleh, setelah kegiatan proyek usaha mandiri adalah sebagai berikut:
a.       Total biaya            = total biaya tetap + total biaya variabel
=  Rp 160.000 + Rp 69.000
= Rp 229.000
b.      Total penerimaan   = jumlah produksi × harga jual/unit
= 56 kg × Rp 7000
= Rp 392.000
c.       Keuntungan          = Total penerimaan – total biaya
= Rp 392.000 – Rp 229.000
= Rp 163.000
4.3. Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
 Ratio antara jumlah nilai present arus tunai masuk dengan jumlah nilai present arus tunai keluar (atau perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan biaya yang telah dikeluarkan), dengan indikator sebagai berikut:
Jika nilai R/C Ratio > 1 berarti  usaha atau proyek tersebut menghasilkan keuntungan.
Jika nilai R/C Ratio =  1 berarti usaha atau proyek tersebut tidak menghasilkan keuntungan dan tidak memberikan kerugian atau impas.
Jika nilai R/C Ratio < 1 berarti usaha atau proyek tersebut mengalami kerugian.

R/C Ratio        =
=
          = 1,71

Nilai R/C Ratio =. 1,71 artinya setiap pengeluaran atau biaya sebesar Rp. 1,-  menghasilkan penerimaan senilai Rp 1,71 atau setiap pengeluaran sebesar Rp 229.000 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 392.000 sehingga usaha tani budidaya tanaman mentimun ini menguntungkan dan layak secara ekonomis diusahakan.


















BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
  Kegiatan proyek usaha mandiri budidaya tanaman mentimun  dilaksanakan pada lahan seluas 100  dengan jarak 50 × 70 cm dan penanaman 2 biji perlubang, jadi jumlah populasi 571 tanaman. Panen dilakukan dalam beberapa tahap sebagaimana tertera pada tabel 5.1.
Tabel 5.1.  Hasil Panen
No
Panen ke …..
 Tanggal Panen
Jumlah Hasil (kg)
1.
Pertama
26 Desember 2016
9
2.
Kedua
30 Desember 2016
15
3.
Ketiga
1 Januari 2017
12
4.
Keempat
5 Januari 2017
12
5.
Kelima
9 Januari 2017
8
Jumlah
56

5.2.Pembahasan
   Berdasarkan hasil pada tabel 5.1. dapat di katakan bahwa usaha tani mentimun ini cukup menguntungkan dan layak di usahakan secara komersial hal ini ditandai dari hasil analisis usaha tani yang lebih dari satu yaitu R/C Ratio 1,7. Selain itu kesuksesan usaha tani mentimun ini tercapai karena didukung oleh teknik budidaya yang baik dan benar. Dalam kegiatan menggunakan media polybag karena pertimbangan untuk menghindari busuk akar pada mentimun karena kegiatan proyek usaha mandiri ini dilakukan pada saat menjelang musim hujan.


 Kegiatan budidaya mentimun pada musim hujan banyak kendala yang terjadi, meliputi pembusukan buah, cepatnya penyebaran hama dan penyakit, pembusukan akar, dan pertumbuhan gulma yang lebih cepat dibandingkan budidaya tanaman mentimun pada musim panas.
























BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
1.      Usaha tani budidaya mentimun pada musim hujan dengan mengunakan polybag cukup menguntungkan karena pada musim hujan harga mentimun cukup tinggi.
2.      Penggunaan polybag dalam budidaya mentimun pada musim hujan dapat menghindari busuk akar karena kelembapan media tanam dapat di kontrol.
3.      Berdasarkan hasil analisis usaha tani memperoleh R/C Rasio 1,7 membuktikan bahwa budidaya mentimun layak dibudidayakan.

6.2. Saran
        Dalam kegiatan budidaya tanaman mentimun pada musim hujan disarankan agar menggunakan media polybag agar kelembaban dapat terkontrol.











DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik. 1991. “Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia”. BPS. Jakarta Indonesia.

Irianto, 2009. “Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)”Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Rukmana, R. 2007. “Budidaya Mentimun”. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Wijoyo, P. M. 2012. “Budidaya Mentimun yang Lebih Menguntungkan”. Pustaka Agro. Jakarta.

Yamaguchi, Rubatzky, Vincent, E.1999. “Sayuran Dunia 3 Prinsip, Produksi, dan Gizi”, Bandung : Penerbit ITB.

Yuda, A. N. S, dan Susilla, A.D 2011. “Pengaruh Jumlah Buah per Tanaman dan Pangkas Pucuk (Toping) Terhadap Kualitas Buah Pada Budidaya Melon (Cucumis Melo L.) Dengan Sistem Hidroponik”. Jurnal. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar